Bismillah.
Yesterday...
Tanggal 30 Maret 2015. Nothing special sebenarnya. Hanya, teringat salah satu tayangan di salah satu stasiun televisi nasional yang membahas tentang perfilman nasional dalam rangka mendekati hari film nasional RI.
Pembahasan yang menarik karena sebagai orang yang suka nonton film, mendengar pembicaraan mengenai film dari balik layar dan dari point of view seorang sutradara, produser, pemain film, exhibitor, dan lain-lain, that's really something...that can make my heart beat faster than normal. Aaakkk...
Meskipun pembahasannya mengenai masalah yang klasik (eh?). Seperti, mengapa penonton film Indonesia jumlahnya sedikit? Yeah...
Dari tayangan tersebut disimpulkan ada beberapa sebabnya, which is?
Film Indonesia itu...ceritanya masih begitu-begitu aja.
Hm, setuju, ceritanya begitu doang dan dikemas seadanya. Padahal kalau cerita dalam suatu film itu sederhana tapi dikerjakan dengan niat yang menggelora dan punya idealisme yang kuat, I think it can be huge!
Sebab selanjutnya adalah dari aspek penonton yang...kurang nasionalis (?). Karena kata 'mereka', film luar itu lebih bagus dari film Indonesia. Hehehe, kurang lebih setuju. Meskipun ngga bisa dipukul rata premis tersebut, karena harus pilih-pilih film luar dengan genre dan topik apa dulu nih...
Dan kalo bicara soal nasionalis, kurang setujunya ada di poin, kalau film Indonesia yang diputer di bioskop itu memang punya ide cerita yang bagus dan ngga 'aneh-aneh', saya happy happy saja menontonnya.
Yiey...saya masih bisa dibilang nasionalis kan? Waktu itu saya memilih nonton Pendekar Tongkat Emas kok dibandingkan The Hobbit, ahahaha...
Selain ide cerita, saya sebagai penonton film, juga sangat dipengaruhi oleh pemain filmnya! Hahaha. Ngga melulu karena tampang, kalau aktingnya keren, ya, keren aja. Kalau menurut saya pribadi, insting pemain film ketika memilih film yang akan diperankannya menjadi salah satu faktor either film itu bakal bagus atau ngga. Jadi, kalau film Indonesia yang akan saya tonton yang berperan adalah Mr. Saputra atau Mrs. Hasiholan atau siapa lagi ya...(aaak...ketahuan bukan fans film Indonesia nih) saya lebih optimis akan keluar dari bioskop dengan antusias karena satisfied dengan film yang sudah saya tonton.
Dan ketika membicarakan film nasional yang masih terpuruk, ada banyak sebab, yang mungkin bisa berkaitan dengan poin yang sudah saya sebutkan diatas, dan yang lain misalnya, dukungan pemerintah. Eng ing eng...
Kalau kata Mr. Dewanto, dia memberi contoh, saat dia sedang di Korea untuk mengerjakan sebuah film di suatu gedung area publik milik pemerintah, pemerintah setempat tidak akan memberikan charge alias free saat kru film akan mengambil adegan di tempat tersebut. Bandingkan dengan Indonesia yang malah sebaliknya akan menaikkan harganya. Itu bentuk dukungan kecil.
Bentuk dukungan pemerintah yang lain adalah dana alias investasi. Kalau pemerintah benar-benar punya tekad, lewat film, kita bisa membuat kaya negeri kita. Kita bisa menyalurkan nilai-nilai dan ideologi kebaikan. Pun sebaliknya.
Mungkin 'cuma' film, tapi, itu industri yang besar yang perputaran uangnya...aaakkkk...dan bisa jadi alat propaganda yang ampuh!
So, saya sih berharap, penguasa dunia perfilman nasional itu orang-orang yang memang punya kecintaan -ngga cuma soal uang (yeah, meskipun uang is hugething) -karena dampak film itu sedikit banyak bisa mengguncang isi otak seseorang- tapi juga punya niat untuk menanamkan nilai dan hm, menghibur.
Okeee...ini sekedar pendapat saya yang bukan siapa-siapa yang suka (kok) dengan film Indonesia (yang keren). ^^v
Fin.
(Trivia) Hasil obrolan saya dan teman saya Miss F tentang film Indonesia yang keren...
1. AADC
2. Ayat-ayat cinta
3. 99 cahaya di langit Eropa
4. Habibie-Ainun
5. Nagabonar
6. 5 cm
Tidaaak..."apa ya?" adalah kata yang kami berdua sering ucapkan ketika membuat list yang tidak panjang ini...T.T mungkin saya benar kurang nasionalis (?)