SOCIAL MEDIA

Senin, 01 Juni 2020

Ulasan Webinar: Menimbang Homeschooling Cocok Nggak Ya?

Memasuki usia 3 Tahun Aliyya, satu yang sering didiskusikan dengan suami adalah soal sekolah.


Salah satu opsinya adalah Homeschooling.


Sudah beberapa kali main ke websitenya Rumah Inspirasi yang ciamik membahas proyek keluarga, tumbuh kembang anak, dan serba serbi Homeschooling, pas ikutan webinar yang diisi oleh Mas Aar dan Mbak Lala (empunya Rumah Inspirasi) merasa mereka adalah orang tua yang asik!


Meskipun sekarang Homeschooling (HS) bukan sesuatu yang baru, tapi spontan kagum pas tahu beliau berdua adalah orang tua HS dari ketiga orang anak yang berusia 19, 16, dan 11 tahun.


Mas Aar dan Mbak Lala mengawali webinar dengan menyampaikan bahwa kondisi pandemi begini nggak lantas membuat mereka yang HS lebih mudah kondisinya. Mungkin banyak yang mikir, ‘Ah, yang HS, mah, udah biasa kalau harus disuruh belajar di rumah’. 


Ternyata, kondisi saat ini juga menyulitkan kegiatan anak-anak HS. Mas Aar mencontohkan anak ketiganya yang salah satu kegiatan HS nya adalah basket, jadi tidak bisa melaksanakan seperti dulu.


FYI, webinar ini berlangsung selama hampir 3 jam dan tidak membosankan sama sekali. 


Materinya sangat menyeluruh mulai dari membahas legalitas, proses belajar, filosofi, kelebihan, kekurangan, tantangan, dll, yang sebenarnya padat dan berat untuk bahasan A to Z Homeschooling dalam waktu yang terbatas.


Rangkuman saya pun juga hanya mengandalkan ingatan dan sedikit notes akan poin yang menurut saya ngena.


Menimbang-HS-Cocok-Nggak-Ya

Kamis, 21 Mei 2020

Menikah Hanya Soal Waktu

Kalau melempar pertanyaan, ‘Apa, sih, tujuan menikah?’ 

Mungkin jawabannya bisa macam-macam. Ada yang menikah karena tuntutan orang tua, mungkin usia yang tidak lagi muda, merasa fase hidupnya belum lengkap tanpa menikah, karena merasa butuh dicintai, menikah sebagai sarana beribadah, de el el, de el el.


Tujuan atau motif yang kita miliki akan menentukan kelangsungan ikhtiar yang kita jalani. Makin besar atau kuat tujuannya, bikin makin tidak mudah menyerah. Ibarat amal yang balasannya surga, jalan menempuhnya pasti nggak mudah, kan?


Ambil satu contoh tujuan menikah adalah untuk ibadah. Btw, saat menjomlo juga nggak lepas dari kewajiban beribadah, kan?


So, fine-fine, aja dong kalau belum menikah asalkan tetap beribadah?


Selama kita berada dalam ketaatan dan terus beribadah kepada Allah, kondisi jomlo atau menikah harusnya nggak menjadi masalah.



Menikah-Hanya-Soal-Waktu


Tapi, tahu nggak, sih?


Keluarga muslim adalah tiang dalam peradaban Islam. Kuat, utuh, atau tercerai berainya masyarakat dipengaruhi oleh kondisi keluarga.

Sabtu, 04 April 2020

Layanan Belanja Bulanan Online di Bandar Lampung

Di masa pandemi covid 19 salah satu yang bikin kepikiran karena harus #dirumahaja adalah belanja bulanan. Sebenarnya, nggak apa-apa, sih, kalau mau keluar cuma untuk belanja bulanan. Karena kan cuma pergi, beli yang diperlu, terus pulang. Asal menjaga diri (pakai masker, hati-hati saat pegang apapun di sepanjang perjalanan, dan saat di supermarket), berdo'a.

Apotek, SPBU, bank, dan supermarket adalah tempat-tempat (non rumah sakit) yang masih dibuka oleh negara-negara lain dalam kondisi lockdown sekalipun.

Nah, karena kalau belanja bulanan yang langsung banyak itu saya harus diantar suami, artinya harus bawa anak saya yang masih batita, dan itu bikin deg-degan. Makanya, dari sejak beberapa barang bulanan seperti deterjen dan minyak goreng habis, sambil menunggu gajian, mulai hunting toko atau supermarket yang menyediakan layanan online.



Hasil hunting, yang akhirnya saya cobain juga,

1)Chandra Superstore

Saya dan teman-teman biasa menyebutnya Chandra Karang karena letaknya di Tanjung Karang. Retail Chandra yang menurut saya paling komplet. Karena supermarketnya plus mall, jadi tiap belanja bulanan selalu rame apalagi tanggal-tanggal gajian. Saat pandemi menyerang, saya cek akun instagramnya dan ternyata disediakan akun Tokped untuk berbelanja online.

Meluncurlah saya ke e-commerce Tokped dan menemukan akun Chandra Superstore dengan mudah.

Ongkos kirimnya ke rumah saya menggunakan gojek (dengan jarak sekitar 6.6 km) adalah 18 ribu rupiah. Pilihan kurir yang lain sampai ratusan ribu karena barang yang saya beli beratnya berkilo-kilo.

Nggak apa-apalah ongkir segitu karena memang barang yang saya cari cuma ada di situ.

Pilihan pembayaran sesuai yang ada di Tokped.

Pros:
  • Mudah penggunaannya, layaknya kita belanja online biasa. Pilih, klik, selesai
  • Harga diketahui dengan mudah
  • Cepat (Saya checkout dhuhur, ashar barang sudah sampai di rumah)
  • Tidak ada minimal pembelanjaan (cuma ya, sayang kalau belanjanya sedikit, karena kalau ke rumah saya lumayan ongkosnya)

Cons:
  • Barang-barang yang diupload di Tokped tidak sekomplet di-offline
  • Jumlah stok maupun barangnya kurang update

2)Hypermart

Retail online kedua yang saya coba gunakan adalah Hypermart, yang saya dapat infonya dari teman di grup Whatsapp. Pembelanjaan minimal 150 ribu rupiah dan maksimal 400 ribu rupiah. Ongkos kirimnya 15 ribu rupiah untuk pengantaran dengan jarak 5 km pertama, selebihnya nambah 5 ribu rupiah.

Sistem belanjanya lewat Whatsapp. Nanti kita menyerahkan list belanjaan dan akan direspon oleh customer servicenya.


Pros:
  • Barang relatif lebih komplet
  • CS akan mencarikan barang yang kita butuhkan dan menawarkan alternatif kalau tidak ada
  • Sering ada harga promo untuk beberapa barang (khasnya Hypermart lah)

Cons:
  • Jam layanan terlalu siang (baru buka pukul 10. Ya, sebenernya, normal jam buka mall, sih), tapi baru tutup pukul 22
  • Agak ribet karena barang dicek satu per satu dulu oleh CS
  • Makin ribet kalau kita tidak detail menyebutkan barang yang kita inginkan
  • Harga tidak kita ketahui. Jadi, ngira-ngira aja kalau kita belanja dengan budget. Susah juga kalau kita ingin membandingkan harga, karena (saya) nggak enak kalau nanya harga, terus ternyata harga lebih mahal dan ingin membatalkan (nggak tega karena mungkin CS nya udah muter-muter nyariin barang)
  • Lama (Yes, karena CS nyariin satu per satu dan mungkin customer yang dilayani nggak cuma saya)

Sejauh ini saya ngerasa Hypermart paling oke, karena barangnya komplet, meskipun harganya lebih mahal di beberapa barang. Tapi, tuntaslah kalau belanja di sini sekalian beres.

Kayaknya bakal lebih nyaman kalau sistem belanja ala-ala E Commerce, jadi kita tahu harga barang dengan jelas, lalu kita tinggal klik barang apa yang kita butuhkan. Tapi, susah mungkin, ya, kalau via Whatsapp. Jadi, mungkin katalognya saja yang diperjelas. Karena katalog yang ada di WA bisnisnya menurut saya tidak jelas. Beberapa hanya ada nama produk dan potongan harga, tapi tidak disertai harga barang yang bersangkutan.

Semangat, pak! Pengantaran barang sampai ke depan rumah
Dokumen pribadi

3)KlikIndomaret

Aplikasi rekomendasi dari teman. So far, oke untuk belanja kecil-kecilan. Beberapa barang memang ada yang dijual dengan harga promo, tapi untuk barang-barang lain yang saya cari, harganya lebih mahal. Ongkos kirim ke rumah saya hanya 5 ribu rupiah. Pembelanjaan minimal 150 ribu rupiah tidak dikenakan biaya pengiriman. Asal kita pintar-pintar cari harga promo, belanja bisa lebih hemat. Pilihan pembayaran ada berbagai macam, bisa via transfer, Linkaja, cash juga bisa, tapi ada beberapa item yang tidak bisa dibayar dengan cash alias harus bayar virtual dulu.

Mas-mas yang sempat panik pas saya minta foto untuk review. Katanya, "Reviewnya nggak aneh-aneh kan, mba? Maaf, ya, lama karena lagi rame." (Padahal menurut saya nggak lama sama sekali alias sesuai perkiraan)
Dokumen pribadi

Selain ketiga di atas yang sudah saya coba, ada juga rekomendasi teman, yaitu Oemah Sembako, toko online yang menyediakan layanan pembelian sembako dan belanjaan bulanan lainnya.

Oemah Sembako

Pelayanan dan Info Hubungi :
CS 1 : 085215240440
CS 2 : 085788809146

Atau masuk Grub Sahabat Sembako Klick : https://chat.whatsapp.com/GxBRidS68WQ3VUbWpLTEsg

Alamat :
Jl. Flamboyan Raya No.16, Labuhan Dalam, Kec. Tj. Senang, Kota Bandar Lampung, Lampung 35141


Alternatif yang lain bisa belanja di toko kelontong atau sembako milik tetangga. Bila barang yang kita cari tidak ada, mungkin bisa nitip beli.

Semoga membantu teman-teman yang butuh belanja bulanan tanpa perlu keluar rumah 🙂

Ngomong-ngomong, kalau tempat belanja sayur online, apa teman-teman sudah punya langganan?

Rabu, 01 April 2020

Rekomendasi Novel di Ipusnas

Bisa baca buku dengan gratis apalagi versi ebook sungguh sesuatu yang membahagiakan buat saya. Karena baca buku cetak, jujur lebih banyak halang rintangnya, yang akhirnya bikin sulit menyelesaikan membaca dalam waktu singkat. 

Alhamdulillah, sekarang ada aplikasi Ipusnas dari Perpustakaan Nasional yang sangat membantu tersedianya bahan bacaan. (Yuk, yang belum download aplikasinya bisa dicari di Playstore).

Sudah lumayan banyak buku yang saya pinjam dari Ipusnas, meskipun nggak semuanya saya baca sampai selesai :)

Beberapa novel berikut ini jadi rekomendasi buat yang lagi mencari bahan bacaan.

1)Jane Austen, Pride and Prejudice

Novel romantis terbaik. Reviewnya sudah saya draft di satu postingan blog tersendiri. Cerita tentang Elizabeth Bennet dan Mr. Darcy yang awalnya saling tidak suka, eh, ternyata...

Meskipun awal-awal cerita lumayan lambat, tapi selanjutnya seru dan nagih. Lebih detail dan jelas dibandingkan filmnya, tapi nggak kalah keren.

Di Ipusnas ada beberapa versi dan ada english versionnya juga. Saya baca yang terjemahan dari penerbit Qanita.



2)Intan Savitri, Perempuan Suamiku

Buat yang kangen dengan karyanya mbak Izzatul Jannah, kumpulan cerpen ini bisa jadi obatnya. Oh, betul sekali, Intan Savitri adalah nama asli dari penulis Izzatul Jannah.

Di buku ini mbak Intan mengangkat kisah-kisah perempuan yang menurut saya jarang dibicarakan, tapi nyata adanya. Misalnya tentang poligami, istri yang juga butuh nafkah batin, dan lain-lain. Baca karya mbak Intan jadi makin kangen dengan novel-novelnya yang lain yang sayangnya tidak saya temukan di Ipusnas :(


3)Muthmainnah, Serial Pingkan 2: Seperti Daisy di Musim Semi

Serial pertamanya 'Sehangat Mentari Musim Semi' sudah dulu sekali saya baca, saat SMP atau SMA. Inti ceritanya tentang Pingkan, gadis asal Padang yang sekolah di Perth, Australia. Lika-liku hidupnya di Perth menjadi cerita yang seru. Mulai dari membiasakan hidup dengan budaya barat sampai akhirnya Pingkan hijrah dan bahkan bule-bule di sekitarnya pun masuk Islam. Bukunya ada Ipusnas juga dan rekomen untuk dipinjam.

Serial keduanya, Seperti Daisy di Musim Semi baru saya ketahui saat searching di Ipusnas. Lanjutan kehidupan Pingkan sebagai akhwat tangguh yang diandalkan banyak orang. Ada banyak konflik di buku kedua ini. Mulai dari sister Khalda, muslimah IMSA (komunitas yang Pingkan ikuti) terlihat 'jalan' bareng pria yang menurut kabar adalah suaminya, Reni sahabat Pingkan yang diet hingga masuk rumah sakit, juga sosok Rizal yang membawa nuansa romantis dalam novel. Sayangnya, di Ipusnas, novel ini berakhir menggantung. Padahal menurut saya diskusi Rizal dan Pingkan di akhir bab sangat menarik. Karena saya nggak punya hard copy novelnya, saya menduga, apakah versi yang di Ipusnas terpotong? Atau memang endingnya seperti itu? Mungkin yang ngikutin serial Pingkan, bisa share di kolom komentar :D



Muthmainnah atau May Moon atau nama pena dari mbak Maimon Herawati yang menulis serial Pingkan adalah penulis favorit yang gaya tulisannya sangat saya sukai. Dua novel beliau yang lain, Rahasia Dua Hati dan Journey of the Hearts adalah novel yang berkali-kali saya baca dan nggak pernah bosan!

4)Afifah Afra Amatullah, Jangan Panggil Aku Josephine

Kabarnya ini adalah novel yang terinspirasi dari kisah Lady Diana. Yes, ibunya Prince Harry, mertuanya Meghan Markle, neneknya Archie Harrison. Baca novel ini pertama kali, sepertinya saat SMP. Secara garis besar memang sedikit nyerempet kehidupan Lady Di, cuma tulisan mbak Afra ini versi perjuangan dakwah. 



5)Meg Cabot, Royal Wedding

Aaakkk novel remaja banget ini! Seneng, akhirnya menamatkan kisah Mia Thermopolis. Khasnya serial Princess Diaries dengan mudah panik, mikir macem-macem, tapi somehow jeniusnya Mia, jadi hiburan yang membuat mengenang masa SMA. Kalau yang ngikutin Princess Diaries dari awal, novel terakhirnya ini melegakan hati. Seperti judulnya, bakal ada Royal Wedding! Udah ketebak lah ya, sama siapa. Tapi, perjalanan sampai akhirnya Mia dan Michael (ups, spoiler) bersatu, sungguh so sweet dan tentu saja, kocak! 



Banyak lagi penulis-penulis yang karyanya ada di Ipusnas. Bersyukur bisa membaca novel-novel mereka secara gratis. Alhamdulillah. Sesenang nemu novel Eragon di perpustakaan zaman SMA dulu. Yes, Eragon-nya Christopher Paolini tersedia juga di Ipusnas. Begitu juga dengan Olenka-nya Budi Darma dan sederet karyanya John Green. 

So, mau baca yang mana? Feel glad kalau ada yang mau merekomendasikan bacaannya di kolom komentar 😁

Tampilan aplikasi Ipusnas di Playstore

Oh ya, sebagai pengguna Ipusnas, saat sinyal jelek akses ke aplikasi jadi susah. Lain waktu sinyal bagus, tapi aplikasi down tanpa sebab. Semoga selalu ada perbaikan dari developer aplikasinya, sehingga aktivitas membaca  menjadi lebih nyaman.

Selamat membaca!

Kamis, 13 Februari 2020

Hunting Oli Mobil Terbaik Ala Ibu


Salah satu target di tahun 2020 ini pengen banget bisa mengendarai mobil. Karena masih belajar sama suami saja, suka dikasih tantangan macem-macem (hadeh). Misalnya, harus rajin 'manasin' mobil. Duh, ngeri-ngeri gimana gitu kalau harus nyalain mesin mobil, ngeri tiba-tiba mobilnya meloncat ke depan sendiri (maafin buibu yang halu dan rada katrok ini).

Sebelum muncul tantangan yang lain, misalnya disuruh ke bengkel nyervisin mobil, terus disuruh beli oli mobil sendiri, dari sekarang lah belajar cari tahu tentang oli mobil terbaik.

HARUS MEMPERHATIKAN APA, SIH, SAAT MENCARI OLI MOBIL?


KARAKTER MESIN MOBIL

Paling gampangnya lihat di manual book mobil tentang spesifikasi mesin mobil dan jenis oli yang sesuai. (Wew, jenis, loh, bukan merek. Duh, gimana, ya, kalau sudah kesengsem sama satu merek tertentu).


Jenis oli ini harus sesuai dengan kondisi mesin dan suhu lingkungan tempat mobil digunakan.

KEKENTALAN OLI

Buat ngurusin kekentalan oli ternyata ada badan internasionalnya. SAE (Society of Automotive  Engineers) menunjukkan tingkat kekentalan oli dan kemampuannya menjaga stabilitas terhadap pengaruh suhu mesin dan lingkungan. Semakin besar angka indeks SAE, maka oli akan semakin kental. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil angka indeks SAE, oli semakin cair/encer.


Angka SAE 10W-40 artinya tingkat kekentalan oli ketika mesin dalam suhu dingin yang ditunjukkan oleh huruf W (for winter/musim dingin) di belakang angka 10. Angka 40 menunjukkan kekentalan oli ketika mesin bekerja. Semakin besar angka tersebut menunjukkan spesifikasi oli semakin kental. 

Oli yang baik adalah oli yang stabil dan mampu mempertahankan kondisi mesin, baik saat suhu rendah maupun tinggi. (Kayak oppa-oppa yang stay cool, calm, confident, dalam berbagai situasi. Eaaa).

BAHAN PEMBUAT OLI

Kita perlu tahu dulu, nih, buibu, bahwa oli bisa dibuat secara sintetis dan ada juga yang terekstraksi dari minyak bumi.  Oli sintetis terbuat dari komponen yang berasal dari minyak bumi dan diproses serta dimodifikasi secara kimiawi.

Oli sintetis lebih unggul, karena kekentalannya lebih stabil pada suhu rendah maupun tinggi, lebih tahan terhadap penguapan, lebih ekonomis pada penggunaan bahan bakar, meminimalisir penyumbatan pada mesin, dan jangka panjangnya lebih ramah lingkungan.

OLI YANG DIBUTUHKAN MOBIL 


Mobil saya adalah mobil keluaran tahun 2008. Incaran suami karena modelnya yang European, tapi teknologinya Jepang punya. Usia mobil ternyata berpengaruh dalam pemilihan oli mobil. Mobil yang usianya 15 tahun ke atas dianjurkan memakai oli yang lebih kental, karena mesin mobil yang mungkin sudah kendur. Tingkat SAE yang dianjurkan untuk mobil keluaran 2000an adalah 20W-50 atau yang di atas 10W-40.

FASTRON MENJAWAB KEBUTUHAN 


Sebenarnya kalau menilik usia mobil, memprioritaskan kekentalan oli mobilnya saja sudah cukup. Ya, nggak, sih?

Tapi, ada yang lebih menarik di antara merek-merek oli yang beredar di pasaran. Yep, Fastron!

Fastron adalah salah satu produk dari Pertamina Lubricants. Siapa yang nggak tahu Pertamina, buibu? Badan Usaha Milik Negara yang pegawainya jadi mantu-mantu idaman (Duh!). Sebab cinta NKRI lah saya melabuhkan hati untuk memilih produk Pertamina Lubricants. Kita dukung produk dalam negeri untuk bisa menjadi perusahaan pelumas kelas dunia. Secara, sejak 2015 Pertamina sudah menjalin kerja sama dengan Lamborghini, menjadi sponsor, official partner, serta dipercaya sebagai pemasok oli Lamborghini lewat produk Fastron SAE 10W-60 di setiap kegiatan balap Lamborghini Super Trofeo dan GT Series di Amerika, Eropa, dan Asia.


Apakah hanya karena cinta NKRI lalu saya memilih Fastron?

Tentu tidak.

Sejak tanggal 10 September 2019 Kementerian Perindustrian memberlakukan aturan SNI Wajib Pelumas Kendaraan Bermotor. SNI ini penting untuk menjamin mutu oli yang beredar di pasaran. Nggak cuma tas dan sepatu branded saja yang ada kw-nya, buibu. Oli pun ternyata ada barang kw-nya. Parahnya, oli palsu ini bisa menyebabkan mesin cepat panas dan bahkan membuat lifetime kendaraan berkurang, misalnya dari 3 tahun menjadi 1 tahun. Nah, Pertamina Lubricants memastikan produk-produk unggulannya telah tersertifikasi SNI sejak tahun 2010.

Fastron juga mengeluarkan varian produk yang sejalan dengan isu kekinian, yaitu lingkungan, lewat produk Fastron Ecogreen.

Ibaratnya, nih, Greta Thunberg, remaja usia 17 tahun asal Swedia itu saja rela berlayar berhari-hari menyeberangi Samudra Atlantik dengan kapal bertenaga matahari agar perjalanannya bebas karbon, demi mengangkat isu pemanasan global, masa' perusahaan yang ingin mendunia nggak melek dengan isu ini, ya, kan? Meskipun Fastron Ecogreen ini masih diperuntukkan untuk mobil LCGC saja, tapi, kita nantikan terus inovasi-inovasi Fastron untuk mobil-mobil di Indonesia, bahkan di dunia.

Soal harga oli mobil incaran saya, bisa ditanya langsung ke SPBU Pertamina terdekat. Kalau buibu kayak saya yang suka membandingkan harga antara toko offline dan online, bisa survei di e-commerce yang buibu senangi. Bisa dicari akun Pertamina Lubricants atau Pertamina Lubricants Official. Harga salah satu varian, yakni Fastron Techno dengan berbagai indeks SAE di salah satu e-commerce, mulai dari 65 ribu rupiah sampai 300 ribu rupiah.  

Jadi, Fastron varian apa yang cocok untuk mobil saya?

Menyontek kata admin instagram PertaminaLub, Fastron Techno lah yang paling pas. Gimana dengan buibu? Di tahun 2020 ini pakai oli apa untuk mobil atau motornya?





Referensi tulisan:
detikoto[dot]com
Monitor[dot]co[id]
Otodriver[dot]com
Otomart[dot]id
Otospector[dot]co[dot]id
Seva[dot]id
Wartaekonomi[dot]co[dot]id
Website resmi Pertamina Lubricants

Credit image:
Unsplash[dot]com

Sabtu, 01 Februari 2020

Uang: Dulu dan Sekarang


Inget banget betapa seringnya, dulu, duit di tangan tinggal puluhan ribu (kurang dari 50 ribu) padahal gajian masih 2-3 hari lagi. Kadang udah mau nyerah, mau ngutang ke ortu karena belum gajian, tapi butuh, lalu ngebayangin malunya, akhirnya nggak jadi.

Tapi, nggak punya uang kayak apa, khawatirnya nggak yang banget-banget gitu. Masih kalem dan eng ing eng, ada aja pertolongan Allah, alhamdulillah ada aja jalannya dapat uang untuk bertahan sampai gajian tiba.

Perasaan kayak gitu sedang saya rindukan. Perasaan bener-bener pasrah.

Karena ngerasanya semakin ke sini, semakin realistis, semakin banyak hitung-menghitung hitam di atas putih, kadang jadi pusing sendiri dan lupa pasrahnya sama Allah.

Mungkin faktor kedekatan dengan Allah dan ibadah yang kurang (sedih). 




Tawakal (pasrah dan ikhtiar) kuat hubungannya dengan takwa. Semakin bertakwa dan baik hubungan seseorang dengan Allah, semakin mudah untuk bertawakal, bukan?

Beberapa waktu belakangan diingatkan bahwa semakin banyak beban yang kita pikul, suplai energinya harusnya ditambah. Kalau buat seorang muslim, energinya nggak cuma energi fisik aja, tapi juga energi ruhiyah (ibadah).

Kalau dulu belum menikah ibadahnya X, harusnya setelah menikah (karena amanahnya bertambah, ada keluarga yang harus diurus) ibadahnya X+2 atau bahkan X².

Dulu bisa selowww banget masalah uang. Gaji nge-pas kayak yang nggak ada khawatir-khawatirnya. Berapapun yang penting halal dan cukup.

Dulu naif juga sebagai anak baru gajian, yang ngerasa cukup dan puas bisa gajian, makan, sebulan sekali makan di Sunny Side Up atau Mujigae, dan paparan kehidupan sosial tidak terlalu bikin kepikiran.

Kalau sekarang? Kayaknya berusaha ngejar terus karena rencana-rencana masa depan. Ada yang bilang, itulah dunia orang dewasa.

Pengennya hati itu terus tenang kalau ngomongin uang. Percaya sepenuh jiwa bahwa rezeki dalam hal ini uang akan cukup, nggak mau ngoyo ngejarnya karena takut jadi hamba harta dan dunia. Tapi? 

Sekarang sedang proses menanamkan mindset bahwa yang dikejar itu ibadah, ibadah, ibadah (dengan berbagai bentuknya). Uang itu akan mengikuti. Karena burung aja yang penting terbang dulu di pagi hari, karena akhirnya di petang hari ia toh pulang dengan perut terisi*. Tapi, ya, usaha terbang dulu.

Sekian tjurhat malam ini :)



*Kutipan hadis:
”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”
(HR. Ahmad (1/30), Tirmidzi no. 2344, Ibnu Majah no. 4164, dan Ibnu Hibban no. 402).
Tulisan menarik di Rumaysho.



Nb. Tulisan ini tidak untuk dibenturkan dengan yang membahas pentingnya perencanaan keuangan, ya. :) Melainkan disandingkan. Merencanakan keuangan itu bagian dari ikhtiar mengatur uang yang Allah titipkan, bukan begitu? Agar kalau sudah diatur sedemikian rupa dengan segala plannya, pikiran dan hati kita bisa lebih fokus dengan ikhtiar dan amalan yang lain.

Jumat, 31 Januari 2020

Beberapa Pilihan Daycare di Bandar Lampung

Sebelumnya saya sudah share gimana sedihnya melepas anak untuk dititip ke daycare. Karena sedih dan mungkin dari hati terdalam belum rela anak diasuh orang lain, jadi belum kesampaian untuk memanfaatkan daycare.

Ada di sini tulisannya.


Awal mula berniat menitipkan anak ke daycare, lalu survei, saya merasa prosesnya nggak terlalu ribet, karena cukup terbantu dengan adanya akun instagram dari masing-masing daycare yang saya incar. 

Langkah yang saya lakukan saat akan mencari daycare di Bandar Lampung:

1)Bertanya ke teman-teman.

2)Kroscek ke instagram untuk tahu sedikit banyak kegiatan daycare tersebut. Kalau sreg bisa DM atau kontak Whatsapp.

3)Setelah cocok masalah biaya, dan lain-lain (by nanya via Whatsapp), bisa langsung survei melihat kegiatan dan kondisi di daycare.

Saya sempet nggak merasa perlu survei berkunjung langsung ke tempat daycare. Tapi, alhamdulillah saya 'manut' suami yang 'keukeuh' harus lihat langsung keadaan daycare dan memang terbukti PENTING banget.

Lewat survei, kita sebagai orangtua jadi tahu kondisi fisik bangunan tempat daycare berada, gimana kamar-kamar tempat istirahat, tempat bermain, kamar mandi, sirkulasi udara, keamanan, dan lain-lain. 

KIta juga bisa tahu fasilitas apa saja yang ada di daycare tersebut. Begitu juga dengan pengasuh-pengasuhnya. Lebih enak ngobrol langsung dengan pengasuhnya. Meskipun sebenarnya, misal info tentang 1 pengasuh meng-handle berapa anak, bisa kita dapatkan via Whatsapp.

Hal krusial yang lain adalah soal kegiatan di daycare. Saat survei kemarin saya datang terlalu pagi (karena suami cuma izin datang terlambat ke kantor). Ketemunya anak-anak yang memang diantar pagi. Kegiatannya, ada yang main, sarapan, dimandikan pengasuh. 

Salah satu nilai plus dari menitipkan anak di daycare dibandingkan meng-hire pengasuh di rumah adalah kegiatan yang lebih variatif daripada kalau anak di rumah saja. Makanya, soal kegiatan jadi salah satu titik berat dalam memilih daycare.

Berikut ini beberapa daycare di Bandar Lampung yang sempat saya survei, beberapa yang infonya minimalis hanya saya chat Whatsapp atau saya kepoin instagramnya, tapi nggak berlanjut sampai ke survei karena satu dan lain hal. 🙂

Dewan Dakwah

Lokasi daycare ini berada di area kantor LSM Dewan Dakwah Islamiyah Lampung. Saya datang sekitar pukul 8 pagi dan baru beberapa anak saja yang datang, sekitar 3 atau 4 orang. Masih ada yang tidur, sarapan, dan bermain. Daycare ini punya jadwal harian yang berbeda-beda. Kegiatan khasnya, belajar mengaji, mewarnai, tahfidz, dan lain-lain, dipergilirkan setiap hari. Pengasuhnya kebanyakan ibu-ibu. Kondisi di dalam rumah, bagi saya kurang bersih, mungkin karena rumah yang ditempati adalah rumah lama atau kuno.

Informasi biaya:
Pendaftaran 350 rb
Bulanan 500 atau 600 rb untuk toddler | 700 rb untuk bayi
Harian 35 rb (Harus membayar biaya pendaftaran)

Sayangnya, saya tidak menemukan akun instagram daycare ini. Kalau butuh info lebih lanjut bisa datang langsung ke sana. Sebenarnya ada pamflet yang waktu itu saya dapatkan, tapi karena terlalu lama saya ngedraf tulisan, pamfletnya keburu jadi korban coret-coret anak saya.

Affie

Pertama kali datang, saya nyasar ke tempat lini pendidikan toddler (semacam PAUD). Ternyata, lokasi daycarenya selisih gang dari tempat yang dituju GMaps.

Lokasi daycare Affie di dalam perumahan dengan mini playground di depannya. Karena suasana cukup ramai, saya tidak survei sampai ke bagian dalam rumah. Pengasuh di Affie daycare ini juga dominan ibu-ibu.

Informasi biaya:
Pendaftaran 300 rb
Bulanan 700 atau 800 rb toddler | untuk bayi lebih mahal
Harian 50 atau 60 rb (Harus membayar biaya pendaftaran)

Akun instagram Affie cukup update untuk info kegiatan dan lain sebagainya.

Filimi

Tidak saya survei. Bisa cek ke instagram Filimi untuk kontak dan survei awal kegiatan di sana.

Matahari

Tidak saya survei.
Akun instagram Matahari Daycare.

Soedirman Muda

Saya mengikuti weekend class di Soedirman Muda sekalian survei untuk daycarenya. Acaranya cukup berkesan dan sejauh ini menjadi daycare yang paling mendekati keinginan saya. Weekend class ini semacam kegiatan 2-3 jam dengan tema tertentu. Kebetulan yang anak saya ikuti kemarin bertema kehidupan hewan laut. 

Kegiatan diawali olah raga bersama, anak-anak dikelompokkan sesuai umur, bayi dan toddler. Pengasuhnya masih muda-muda, terlihat semangat dan enerjik memandu acara. Setelah olahraga, anak-anak dipersilakan memberi makan ikan secara bergantian. Selanjutnya, acara diisi membuat keterampilan mini akuarium. Acara weekend class ini kalau kata Miss yang mengobrol via whatsapp dengan saya, sebagai salah satu ikhtiar bonding antara anak dan ibu atau ayah. Meskipun, buat saya, karena sehari-hari sudah 24 jam bersama anak, acara ini menjadi salah satu cara melatih anak bersosialisasi dengan teman-temannya.

Weekend class ini diselenggarakan sebulan sekali dan recommended untuk diikuti. Infonya bisa follow instagram Soedirman Muda Daycare.

Biaya-biaya ada di foto. Bila ingin menitipkan harian di Soedirman Muda hanya perlu membayar biaya harian saja, tidak usah membayar biaya pendaftaran.

Wahdini

Tidak saya survei.
Akun instagram Wahdini Daycare.

Binar Madani

Tidak saya survei.
Akun instagramnya tidak update, tapi bisa googling saja dan ada kontak yang bisa dihubungi. Responnya cukup oke via Whatsapp atau telepon.

Gimana, ibu-ibu? Apakah ada yang anaknya dititipkan ke daycare dalam daftar saya? Atau baru merasa tertarik dan butuh? Silakan dipilih sesuai value keluarga. Bila ada daycare yang belum saya masukkan, tapi recommended, silakan tulis di kolom komentar :)


Biaya-biaya Soedirman Muda Daycare

Nb. Saya tulis 'atau' pada informasi biaya, karena saya lupa angka detailnya.

Jumat, 10 Januari 2020

Review Film Kim Ji Young: Born 1982 dan Lika Liku Menjadi Ibu


Review ala-ala saya mengandung spoiler, karena saya susah untuk nahan nggak nyeritain potongan-potongan scene, apalagi yang ngena banget.

Sedikit Sinopsis

Kim Ji Young: Born 1982 adalah film Korea Selatan yang juga ada novelnya dengan judul yang sama. Di Korsel, novelnya termasuk salah satu novel fenomenal (atau kontroversial). Cerita inti yang saya tangkap dari film ini adalah tentang Kim Ji Young, seorang ibu rumah tangga yang tidak sadar kalau dirinya sedang sakit secara psikologis. Cerita dalam film menjadi sangat menarik karena mengangkat tentang kesenjangan antara wanita dan pria di dalam keluarga dan lingkungan kerja (kehidupan sosial).

Credit to Unsplash

Review

Dari awal film, Kim Ji Young: Born 1982 ini sudah sukses bikin saya menitikkan air mata, apalagi di scene-scene selanjutnya. Rasanya selepas nonton, mata saya sembap karena kebanyakan nangis dan hati jadi lelah karena ngerasa super mellow.

Terharu dan sedih, karena ngerasa kehidupan Kim Ji Young ini kok related banget, sih, sama kehidupan saya. Aaargggh. Meskipun, alhamdulillah, saya nggak 'sesakit' Kim Ji Young.

Saat KJY (Kim Ji Young) menatap mata hari sore yang terbenam selepas ngerjain kerjaan rumah, ngerasa sering sedih tiba-tiba, ngerasa kangen sama teman-teman kerja dan kehidupan kerja di masa lalu saat berpapasan dengan mbak-mbak necis yang mau berangkat kerja, duh, feel related.

Ada dua adegan yang bikin saya nangis kejer di film ini. 

Pertama, part flashback KJY dan ibunya yang lagi ngomongin cita-cita ibunya yang dulu pengen jadi guru, terus nggak keturutan. Di situ KJY kecil nanya ke ibunya, apa gara-gara dia, ibunya nggak bisa menggapai cita-citanya jadi guru? 

Nangis kejer saya. Perasaan campur aduk, antara khawatir dan takut. Khawatir, kalau di masa depan anak saya ngerasa kayak gitu. Takut, jangan-jangan saya bisa jadi adalah ibu yang menyalahkan keadaan (dalam hal ini anak) atas keinginan atau cita-cita saya yang tidak terwujud. Tapi, scene ini jadi motivasi dan penyadaran bahwa anak bisa ngerasa se-mellow itu. Bikin saya mikir tentang cita-cita. Diwujudkan atau tidak, sepenuhnya tanggung jawab dan diputuskan atas kesadaran saya.

Part kedua yang nyes banget adalah saat KJY udah kesenengan bakal bisa kerja lagi. Tapi, terus dimarahin sama mertuanya. Bikin KJY merasa harus mengalah, karena apalah arti gaji dan karirnya kalau dibandingin suaminya. Padahal, sebelumnya, suami KJY udah oke sama keputusan mereka berdua, KJY kerja lagi dan suaminya ambil paternal leave alias cuti bapak-bapak selama setahun untuk ngurusin anak mereka. Tapi, yang kayak begini dianggap aneh sama orang-orang tua, meskipun dua orang menikah yang ngejalanin udah bersepakat.

Ketiga (Wkwkwk jadi ada tiga), part suaminya ngasih tau ke KJY kalau KJY sakit dan nanya, 'Apa KJY sakit begini karena nikah sama dia?' Sedih bangeeeet.

Jadi nyadar bahwa dibalik istri yang stres atau mengalami masalah psikologis atau mental illness, ada suami-suami yang merasa bersalah, kepikiran, dan guilty feeling semacam itu.

Suami KJY ini termasuk yang support dan concern banget sama sakit istrinya. Dia yang duluan ke psikolog (atau psikiater) untuk cari tahu soal penyakit KJY, ndorong KJY untuk konsul juga, dan mau ngalah lebih concern ke sehatnya KJY dibanding karirnya. Mana yang meranin suaminya Gong Yoo pula, duh bener-bener husband material, deh! (fangirling mode on).




Credit to Pinterest


Oh, ya, ada scene saat KJY beli kopi di coffee shop gitu, terus anaknya rewel sampe kopi KJY tumpah, padahal antrean di coffee shop itu lagi panjang-panjangnya. Ada segerombolan mbak sama mas-mas gitu yang ngomongin KJY nggak enak. Terus dilabrak, deh, sama KJY karena salah satu mas itu ngatain KJY terlalu kenceng. KJY kesel karena mikir, kalau mau ngatain jelek, kenapa nggak dibatin aja, sih. Masnya itu ngatain KJY 'mum roach'. Setelah googling baru tau kalau istilah mum roach ini artinya ibu-ibu yang bertingkah laku tidak pantas di tempat umum. Mengganggu ketenangan umum gitu lah menurut si mas yang ngatain. 

Gara-gara googling mum roach yang berhubungan sama public place, jadi tahu juga bahwa ada resto dan kafe yang memberlakukan kids free zone. Antara miris (karena ngerasa public place sekarang, mah, berlomba-lomba ngadain tempat yang kids friendly), tapi jadi insight juga bahwa memang ada, orang-orang yang terganggu dengan riuh ramainya anak-anak. Well, jadi ngerasa harus belajar lagi untuk mengontrol dan ngajarin anak untuk behave di tempat umum.

Baca Ini Juga Yuk: How to Survive: Berdua di Rumah dengan Bayi


Tapi masalahnya, menjadi ibu yang bawa anak ke tempat umum itu emang nggak mudah. Apalagi kalau pas anak lagi rewel atau tantrum. Nggak mungkin juga status ibu bikin kita ngerem terus di rumah. Ada kalanya, meskipun udah diatur sedemikian rupa, karena jenuh, emergency, dan lain-lain, tetep harus ke public place. Nah, di momen yang kurang mengenakkan, jadi tambah puyeng nggak, sih, kalau tiba-tiba ada yang bisik-bisik, sampe kedengeran telinga kita, ngatain, 'Nggak becus jadi ibu' atau 'Nggak bisa ndiemin anak' atau bahkan ngatain yang kayak di film.

Di momen itu KJY kayak ngasih teguran ke si mas-mas bahwa dia nggak berhak ngejudge KJY karena momen yang sebentar.

Duh, merasa bahagia, habis KJY speak up, mas-mas dan gerombolannya pergi keluar kafe sambil diliatin orang-orang dan pas di-shootnya ke arah ibu-ibu yang juga bawa anak. Berasa solider karena ibu-ibunya pada melotot ke mas-mas and the genk.

Di scene KJY speak up, KJY udah mulai terapi sama psikiaternya. Jadi, sepemikiran saya, berani speak up dan nggak 'mendem-mendem dalam hati' club adalah pertanda emosi yang lebih baik.

Terlalu seru kalau bahas scene per scene.

Setelah menonton, saya terpikir bahwa sakitnya KJY nggak muncul tiba-tiba. Entah bagaimana analisis medisnya (gara-gara subnya nggak terlalu oke dan pas bagian suami KJY googling tentang penyakit KJY pake bahasa Korea lalu nggak ter-translate). Sepertinya sakitnya KJY karena dia menyimpan atau memendam perasaan atas kejadian-kejadian dan perlakuan yang dia alami di masa lalu, dan akhirnya meledak di momen yang mungkin paling stressful, yaitu saat jadi ibu.

Nunjukkin bahwa menjadi ibu perjuangannya luar biasa. Nggak cuma perjuangan fisik, tapi juga perjuangan psikologis. 

Semenjak jadi ibu, saat ketemu sesama ibu di mall, atau tempat umum lainnya, muncul perasaan terenyuh, apalagi pas momen anaknya nangis-nangis. Duh, pengen bantu apa gitu. Padahal mungkin nggak perlu dibantu apa-apa. Cukup nggak ngeliatin atau bisik-bisik, kadang itu udah helps a lot.

Saya juga sangat excited dengan gerakan mom support mom. Menurut saya, film Kim Ji Young: Born 1982 ini salah satunya. Meskipun di film nggak cuma tentang menjadi ibu yang jadi concern. Tapi, juga kental unsur kritik sosial terhadap masyarakat Korsel (dan mungkin di Indonesia juga) yang lebih mengistimewakan anak laki-laki di dalam keluarga dan pegawai laki-laki di lingkungan kerja.

Tertarik untuk nonton? Atau udah nonton dan merasa hati terpotek-potek seperti saya?