SOCIAL MEDIA

Senin, 16 September 2019

Review Salon Muslimah Az-Zahra di Bandar Lampung






Mencari salon muslimah di Bandar Lampung itu sebenarnya enggak susah. Beberapa lokasinya di tengah kota, pinggir jalan utama Bandar Lampung. Rate biaya salon yang sudah pernah saya coba, meskipun sedikit mahal, masih bisa dimaklumi.

Alhamdulillah hari ahad sepekan yang lalu, saya dapat izin dari suami untuk potong rambut. Setelah janjian dengan seorang teman, saya pergi ke salon muslimah Az Zahra, rekomendasi guru ngaji yang massage dan facial di sana. Kabarnya pelayanannya memuaskan dan biaya salonnya pun murah.

Karena berangkat kesana sore hari, mikirnya enggak akan antre. Eh, ternyata, harus nunggu 2 customer sebelum kami bisa treatment. Nunggu antriannya sambil ngantuk-ngantuk karena suasana rumah yang adem.


Ruang Tunggu Salon
Salah Satu Sudut Tempat Perawatan

Tips dari mbak-mbak pegawai Az Zahra, kalau sabtu-ahad lebih baik whatsapp dulu untuk janjian mau perawatan apa, supaya pas ke salon enggak nunggu terlalu lama. Mbaknya juga merekomendasikan hari senin, kalau mau perawatan di hari yang relatif sepi. 

Kemarin memilih weekend, supaya anak saya bisa ditinggal di rumah dengan ayahnya. Tapi, setelah tahu lokasi Az Zahra, kayaknya mau bawa anak ke salon juga enggak masalah. Asal enggak antre, perawatannya enggak kelamaan, mungkin perawatan yang sekitar 1 jam saja, kalau anak saya Insya Allah masih bakal bisa dikondisikan.

Baca Ini Juga: Rekomendasi Restoran Ramah Anak di Bandar Lampung


Saya nyobain potong rambut dan creambath. Overall, potongannya oke, meskipun saya kurang puas karena saya salah memilih model. Ibu yang memotong rambut, sekaligus owner salon, ramah banget. Pelayanan creambath juga oke. Meskipun enggak pakai alat yang kayak kepala kita dipakein helm gede gitu. Biaya 2 perawatan tersebut 85 ribu saja. Murah, kan? Kata saya sih, yes.

Teman saya massage, steam, refleksi, juga enak, pijatan oke, biaya juga murah, hanya 70 ribu saja. Ruangan untuk massage, facial, dan perawatan badan, diputarkan nasyid atau murottal. Makin bikin adem pikiran, wajah, badan, dan hati kita.

Poin plus yang bikin Az Zahra spesial adalah kesan salon yang homey, berasa perawatan di rumah sendiri. Meskipun ruangan perawatannya mungil, tapi enggak mengurangi efek nyaman saat nyalon. Pegawai-pegawainya pun ramah, saat ngajak ngobrol udah kayak teman sendiri. 

Recommended deh salon ini untuk dijadikan destinasi me time.

Price List
(Lumayan kalau harus ngantri bisa sambil nge-mie :)

FYI, salonnya tutup setiap rabu.

Lokasi Az Zahra relatif mudah dicari meskipun enggak di jalan utama Bandar Lampung. Kalau dari arah rel kereta api menuju RS Urip, salon ada di sebelah kiri jalan, bentuk salonnya selayaknya rumah biasa, bukan model bangunan ruko. Alamat lengkap salon Jl. Urip Sumoharjo No.141, Gn. Sulah, Kec. Sukarame, Kota Bandar Lampung, Lampung 35132 atau bisa juga search via google maps. Ada dua Salon Muslimah Az Zahra, nah, yang saya kunjungi ini yang ada di jalan Urip.

Semoga bermanfaat dan selamat me time, buibu :)

Pojok Mushola

Rabu, 11 September 2019

Salah Mengatur Keuangan di Masa Lalu


Saya baru melek mengatur keuangan setelah menjadi ibu rumah tangga. Sebelumnya, terutama sebelum menikah, sekadar tahu aja. Menyusun pengalokasian, tapi nggak ideal, karena merasa, yang penting cukup buat makan, bayar kosan, jajan, ongkos, done.


Kesalahan Utama

Kesalahan di masa lalu yang saya sadari fatal adalah tidak memikirkan pentingnya menabung atau investasi. Entah dulu itu karena gaji ngepas atau emang dasar lagi seneng-senengnya jajan dari hasil keringat sendiri.

Padahal berapapun gaji atau pemasukan, bakal tetep bisa menabung tergantung gimana kita mengatur diri. Makanya, banyak pakar finansial menyarankan menabung itu di awal gajian. Bukan dari uang sisa.

Sedih deh, habis resign dulu itu beneran cuma ngandelin gajian terakhir karena nggak punya tabungan yang mumpuni.

Uang Habis Kemana?

Jajan! Malu sebenarnya mengakui hal ini. Tapi, emang penyakit saya dari dulu (sekarang lagi (berusaha) diobati) adalah seneng banget makan enak yang artinya jajan di mall. Keknya ada deh sebulan itu lebih dari satu kali makan di mall yang satu bill itu minimal 60-70 ribu. Kalau 2 minggu sekali ke mall, udah habis uang hampir 150 ribu. Itu baru makannya doang, belum kalau sama nonton. Alhamdulillah dulu zaman saya kerja itu belum hits kopi-kopi cantik, eh, dan sekarang pun saya juga kurang suka. Jadi, uang aman dari ngopi cantik. Tapi, tetep aja buat jajan yang lain.

Nggak apa-apa sekali-kali jajan, biar ada momen melakukan penghiburan diri salah satunya memanjakan lidah. Asal jangan kebablasan kayak saya.

Akibat suka makan enak, saat makan sehari-hari pun, maunya cari tempat makan yang enak. Minimal 20 ribu dikeluarin buat sekali makan. Minimal lho itu.

Belum lagi sebagai wanita yang doyan online shopping. Ada aja sebulan itu beli tas lah, dompet, dan lain-lain. Bener-bener penyakitnya itu terlalu konsumtif.

Mending ya, konsumtif diiringi ulet mencari tambahan pemasukan yang lain, tapi, sayangnya saya nggak gitu. Duh, banget kan.

Baca Ini Juga: Review Buku: Habiskan Saja Gajimu!


Harus Bagaimana?

Biarlah yang sudah terjadi. Saya merasa sedikit lebih baik dalam mengatur keuangan setelah menikah. Salah satu sebabnya mungkin karena suami cukup sering ngasih wejangan, 'Ayo, pikirin nabung! Investasi! Uangnya jangan abis buat yang konsumtif aja'. Sebab lainnya, efek tambah tua. Jadi mulai berpikir tentang biaya pendidikan anak ke depan, dana darurat, dan lain sebagainya.

Buat saya ada 3 hal penting untuk menambal kesalahan keuangan yang saya buat di masa lalu.

1)Temukan Why Factor
Harus tahu persis, kenapa kita mau mengelola keuangan supaya lebih baik. Kenapa harus menabung, investasi, dll. Kenapanya itu harus kuat, supaya kalau merasa mulai kocar-kacir ngatur uang, merasa boros banget, saat ingat tujuan finansial, kita jadi lebih mudah untuk bangkit.

Misal nih, untuk yang pada belum menikah, pengen nabung untuk biaya pernikahan, untuk biaya ikut tes IELTS atau TOEFL, untuk ikut pelatihan bisnis, dan lain sebagainya. Bahkan kalau pengen sedekah lebih besar lagi pun perlu dianggarkan dan diatur. Nggak bermaksud menghitung-hitung pakai hitungan manusia soal sedekah, cuma sebagai langkah antisipasi aja, biar sedekah itu juga di awal, nggak pakai uang sisa yang belum jelas ada atau nggak. Kalau di akhir bulan ternyata anggaran yang kita buat masih bersisa banyak, ya, nggak apa-apa kalau mau disedekahin semuanya. Ini antisipasi aja kalau yang terjadi sebaliknya.

Baca Ini Juga: Integritas Para Penjual


2)Membangun Vibes
Salah satunya follow akun-akun yang memang memotivasi untuk mengatur keuangan.

Perlu diingat, bahwa mengatur keuangan ini kalau saya pribadi bukan untuk bikin khawatir lantas ngerasa kurang dengan gaji atau uang yang kita miliki. Tapi, lebih ke bentuk rasa syukur untuk mengelola amanah dari Allah, berupa gaji atau harta yang titipan semata ini. Kita kelola supaya hidup lebih baik. Nggak melulu konsumtif, tapi harta kita bisa bikin diri kita lebih baik. Aduh, jauh kan goalsnya. 

Membangun vibes juga termasuk menjalin hubungan dengan teman-teman. Kalau kita gengnya yang doyannya ngopi cantik sekali duduk 100 ribu, ya, agak susah kalau mau berhemat untuk prioritas anggaran yang lain. Bukan berarti kita jadi pilih-pilih teman, tapi lebih ke kontrol diri.

3)Kontrol Diri
Nah, masuk ke poin ini dari poin sebelumnya. Nggak apa-apa juga kalau kita punya geng yang doyan ngopi cantik. Asal kita punya kontrol diri yang kuat. Misal, disiplin untuk cuma sekali dalam 1 atau 2 bulan dine in ngopi cantik. Kalau emang mau ngejar kongkownya, tahan-tahanin untuk nggak ngopi. Entah kita bawa termos dari rumah, atau ya, nggak usah kepengen pesan.

Sama juga kayak saya, sih. Latihan banget untuk nggak bobol anggaran belanja akibat gofood, dengan memotivasi diri untuk lebih rajin masak.

Disiplin dan kontrol diri ini emang krusial. Karena kalau kita gampang tergoda ya, gampang aja beli ini beli itu, jajan ini jajan itu, padahal nggak kita anggarkan. Kalau sudah bablas yang keterusan, agak susah juga untuk mengubahnya (tapi, bukan yang nggak bisa juga). Insya Allah pasti bisa lebih baik mengatur keuangan, agar harta yang diamanahkan Allah ke kita berkah dan mendukung kehidupan untuk beramal sholeh.

Kalau dibilang nyesek nggak sih dengan cara mengatur keuangan yang salah di masa lalu? Jawabannya nyesek banget. Karena sebelum menikah, sebenarnya masih relatif lebih simpel yang dipikirkan. Hanya diri kita, orangtua, mungkin kalau ada kakak, adik, keluarga dekat lah pokoknya. Kalau setelah menikah, rasa-rasanya lebih kompleks banget yang dipikirkan. 

Beneran deh, harus memanfaatkan masa muda sebelum masa tua, masa jomblo, sebelum kehidupan rumah tangga yang menantang.

Semoga bermanfaat.

Salah satu akun yang memotivasi mengatur keuangan dengan lebih baik @zapfinance. Gaji segitu kalau bisa diatur sebegini rapi, beneran muda kaya raya!


Ps. IMHO, kaya adalah persoalan mental dan manajemen. Kalau dua ini sudah khatam, siapapun bisa kaya dengan izin Allah.