SOCIAL MEDIA

Rabu, 11 September 2019

Salah Mengatur Keuangan di Masa Lalu


Saya baru melek mengatur keuangan setelah menjadi ibu rumah tangga. Sebelumnya, terutama sebelum menikah, sekadar tahu aja. Menyusun pengalokasian, tapi nggak ideal, karena merasa, yang penting cukup buat makan, bayar kosan, jajan, ongkos, done.


Kesalahan Utama

Kesalahan di masa lalu yang saya sadari fatal adalah tidak memikirkan pentingnya menabung atau investasi. Entah dulu itu karena gaji ngepas atau emang dasar lagi seneng-senengnya jajan dari hasil keringat sendiri.

Padahal berapapun gaji atau pemasukan, bakal tetep bisa menabung tergantung gimana kita mengatur diri. Makanya, banyak pakar finansial menyarankan menabung itu di awal gajian. Bukan dari uang sisa.

Sedih deh, habis resign dulu itu beneran cuma ngandelin gajian terakhir karena nggak punya tabungan yang mumpuni.

Uang Habis Kemana?

Jajan! Malu sebenarnya mengakui hal ini. Tapi, emang penyakit saya dari dulu (sekarang lagi (berusaha) diobati) adalah seneng banget makan enak yang artinya jajan di mall. Keknya ada deh sebulan itu lebih dari satu kali makan di mall yang satu bill itu minimal 60-70 ribu. Kalau 2 minggu sekali ke mall, udah habis uang hampir 150 ribu. Itu baru makannya doang, belum kalau sama nonton. Alhamdulillah dulu zaman saya kerja itu belum hits kopi-kopi cantik, eh, dan sekarang pun saya juga kurang suka. Jadi, uang aman dari ngopi cantik. Tapi, tetep aja buat jajan yang lain.

Nggak apa-apa sekali-kali jajan, biar ada momen melakukan penghiburan diri salah satunya memanjakan lidah. Asal jangan kebablasan kayak saya.

Akibat suka makan enak, saat makan sehari-hari pun, maunya cari tempat makan yang enak. Minimal 20 ribu dikeluarin buat sekali makan. Minimal lho itu.

Belum lagi sebagai wanita yang doyan online shopping. Ada aja sebulan itu beli tas lah, dompet, dan lain-lain. Bener-bener penyakitnya itu terlalu konsumtif.

Mending ya, konsumtif diiringi ulet mencari tambahan pemasukan yang lain, tapi, sayangnya saya nggak gitu. Duh, banget kan.

Baca Ini Juga: Review Buku: Habiskan Saja Gajimu!


Harus Bagaimana?

Biarlah yang sudah terjadi. Saya merasa sedikit lebih baik dalam mengatur keuangan setelah menikah. Salah satu sebabnya mungkin karena suami cukup sering ngasih wejangan, 'Ayo, pikirin nabung! Investasi! Uangnya jangan abis buat yang konsumtif aja'. Sebab lainnya, efek tambah tua. Jadi mulai berpikir tentang biaya pendidikan anak ke depan, dana darurat, dan lain sebagainya.

Buat saya ada 3 hal penting untuk menambal kesalahan keuangan yang saya buat di masa lalu.

1)Temukan Why Factor
Harus tahu persis, kenapa kita mau mengelola keuangan supaya lebih baik. Kenapa harus menabung, investasi, dll. Kenapanya itu harus kuat, supaya kalau merasa mulai kocar-kacir ngatur uang, merasa boros banget, saat ingat tujuan finansial, kita jadi lebih mudah untuk bangkit.

Misal nih, untuk yang pada belum menikah, pengen nabung untuk biaya pernikahan, untuk biaya ikut tes IELTS atau TOEFL, untuk ikut pelatihan bisnis, dan lain sebagainya. Bahkan kalau pengen sedekah lebih besar lagi pun perlu dianggarkan dan diatur. Nggak bermaksud menghitung-hitung pakai hitungan manusia soal sedekah, cuma sebagai langkah antisipasi aja, biar sedekah itu juga di awal, nggak pakai uang sisa yang belum jelas ada atau nggak. Kalau di akhir bulan ternyata anggaran yang kita buat masih bersisa banyak, ya, nggak apa-apa kalau mau disedekahin semuanya. Ini antisipasi aja kalau yang terjadi sebaliknya.

Baca Ini Juga: Integritas Para Penjual


2)Membangun Vibes
Salah satunya follow akun-akun yang memang memotivasi untuk mengatur keuangan.

Perlu diingat, bahwa mengatur keuangan ini kalau saya pribadi bukan untuk bikin khawatir lantas ngerasa kurang dengan gaji atau uang yang kita miliki. Tapi, lebih ke bentuk rasa syukur untuk mengelola amanah dari Allah, berupa gaji atau harta yang titipan semata ini. Kita kelola supaya hidup lebih baik. Nggak melulu konsumtif, tapi harta kita bisa bikin diri kita lebih baik. Aduh, jauh kan goalsnya. 

Membangun vibes juga termasuk menjalin hubungan dengan teman-teman. Kalau kita gengnya yang doyannya ngopi cantik sekali duduk 100 ribu, ya, agak susah kalau mau berhemat untuk prioritas anggaran yang lain. Bukan berarti kita jadi pilih-pilih teman, tapi lebih ke kontrol diri.

3)Kontrol Diri
Nah, masuk ke poin ini dari poin sebelumnya. Nggak apa-apa juga kalau kita punya geng yang doyan ngopi cantik. Asal kita punya kontrol diri yang kuat. Misal, disiplin untuk cuma sekali dalam 1 atau 2 bulan dine in ngopi cantik. Kalau emang mau ngejar kongkownya, tahan-tahanin untuk nggak ngopi. Entah kita bawa termos dari rumah, atau ya, nggak usah kepengen pesan.

Sama juga kayak saya, sih. Latihan banget untuk nggak bobol anggaran belanja akibat gofood, dengan memotivasi diri untuk lebih rajin masak.

Disiplin dan kontrol diri ini emang krusial. Karena kalau kita gampang tergoda ya, gampang aja beli ini beli itu, jajan ini jajan itu, padahal nggak kita anggarkan. Kalau sudah bablas yang keterusan, agak susah juga untuk mengubahnya (tapi, bukan yang nggak bisa juga). Insya Allah pasti bisa lebih baik mengatur keuangan, agar harta yang diamanahkan Allah ke kita berkah dan mendukung kehidupan untuk beramal sholeh.

Kalau dibilang nyesek nggak sih dengan cara mengatur keuangan yang salah di masa lalu? Jawabannya nyesek banget. Karena sebelum menikah, sebenarnya masih relatif lebih simpel yang dipikirkan. Hanya diri kita, orangtua, mungkin kalau ada kakak, adik, keluarga dekat lah pokoknya. Kalau setelah menikah, rasa-rasanya lebih kompleks banget yang dipikirkan. 

Beneran deh, harus memanfaatkan masa muda sebelum masa tua, masa jomblo, sebelum kehidupan rumah tangga yang menantang.

Semoga bermanfaat.

Salah satu akun yang memotivasi mengatur keuangan dengan lebih baik @zapfinance. Gaji segitu kalau bisa diatur sebegini rapi, beneran muda kaya raya!


Ps. IMHO, kaya adalah persoalan mental dan manajemen. Kalau dua ini sudah khatam, siapapun bisa kaya dengan izin Allah.

66 komentar :

  1. Bener. Kalo gak bijaksana dlm ngatur financing bisa2 besar pasak daripada tiang. Jangankan buat investasi, nabung ja ga bisa. Trus keteteran di saat 'hujan deras'. Thanks buat tulisannya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setujuuu. Terima kasih juga mbak sudah berkunjung :)

      Hapus
  2. Saya harus banyak belajar dalam mengatur keuangan. Berasa banget..hehe Bermanfaat mba tulisannya. Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga masih harus belajar. Ilmu kayak gini emang harus dipraktekkan dan direfresh terus. Terima kasih juga sudah berkunjung :)

      Hapus
  3. Sebenernya sudah berpikiran sampai kesitu, cuman untuk masalah jalan2 buat diri saya pribadi masih agak susah ngontrol nya 😆😆😆.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha mungkin prioritasnya masih ke jalan2, ya :) Terima kasih sudah berkunjung ^^

      Hapus
  4. Saya sih sebenernya bukan orang yang suka jajan, tapi kadang gak bisa nolak ngeluarin duit atas nama buat anak-anak. Kadang bingung juga, uang kok habis begitu aja, cepet banget, sampe gak bisa beli baju lebaran. Huhu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa... emak2 memang begitu mungkin, ya. Kalau buat diri sendiri bisa ngontrol, tapi kalau udah buat anak pengennya ngasih terus. Semangat, mba. Pasti bisa mengatur dengan lebih baik :) Terima kasih sudah berkunjung ya, mba ^^

      Hapus
  5. Cerdas mengelola financial memang penting banget, agar kita lebih bijak memanfaatkan dana sesuai kebutuhan. Alhamdulillah dari dulu aku terbiasa membuat pembukuan pengelolaan dana. Terasa banget manfaatnya. Jadi ga mudah kebocoran��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah salut mba 😍 Aku baru2 ini aja sadarnya 😅

      Hapus
  6. mantap banget sharingnya, aku tuh suka khilaf kalau ke mall apalagi bawa anak-anak. jajannya itu enggak nahan. Makanan biasanya godaan terbesar. Budget beli buku juga kadang bikin godaan banget. Thanks sharingnya ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jajan dan buku emang godaan banget mba Naqi 😅 Terima kasih juga udah mau berkunjung mba 🙏

      Hapus
  7. Betul banget!
    Mental dan manajemen itu kuncinya.

    Mental udah kuat, manajemenpun baik, niscaya keuangan jadi lebih sehat in dan outnya :)

    Kudu belajar banyak untuk hal seperti ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mba, terus belajar biar ter-refresh ilmunya. Makasih ya mba Rey sudah mampir :)

      Hapus
  8. Ya Allah, ternyata keuanganku nggak sehaaattt. Duuuhhh, kudu diotak atik lg nih. Makasih sharenya ya mbk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat, mba :) Emang perjuangan bikin keuangan keluarga sehat itu.

      Hapus
  9. Kadang, aq merasa masih konsumtif, memang bener mba harus temukan why factorynya, belakangan ini, aq sdh mulai menata keuangan lbh baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Krn lingkungan juga mungkin ya, mba, menggoda kita utk beli2 dan beli.

      Waaah aku ikut senang :)

      Hapus
  10. Terima kasih untuk sharingnya, mbak. Sangat berguna banget untuk mengatur keuangan lebih baik lagi. Intinya harus tau dulu ya "why factor"nya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih juga mba sudah mampir ke blogku :)

      Buatku juga itu intinya, mba. Jadi, saat kita berhemat2 dan menabung tu ada motivasinya :)

      Hapus
  11. Kalau keuangan memang harus diatur dengan baik ya mba.. dan kita perlu pelajari juga yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurutku begitu mba :) Ini juga ilmu baru sih buatku. Makasih ya, mba sudah mampir ke blogku :)

      Hapus
  12. Langsung ngitung dari penghasilan suami yang pas-pasan sebagai kuli bangunan. Pakai acuan dari infografis di atas, sadar ternyata saya salah langkah. Harus tata ulang caranya, soalnya saya bingung gimana misahinnya, ternyata harus pakai persen, ya. Saya ini beli kebutuhan pokok dulu dan kerap hak bisa nabung karena ada hal daruray yang harus dibeli, hu hu.
    Pengaturan pakai persentase itu penting banget. Bisa ngatur untuk 10 hari ke depan gimana karena upaj harian siami 70 ribu untuk 10 hari.
    Lagi sedih karena sekarang suami gak kerja sedang uang sisa menipis.
    Semoga nanti bisa dipraktikkan lagi pengaturannya, sederhana tetapi menena dan sangat bermanfaat.
    BTW, pos boros saya adalah jajan anak, jajan sendiri (meski kadang tapi merasa bersalah karena ibu rumah tangga tanpa penghasilan tetap dengan menulis), lalu kopi dan rokok untuk suami, hu hu.
    Semoga saya ada reeki lagi dari job content placement. Agar tabungan bisa selamat dari pemakaian kala suami tidak kerja.
    Terima kasih sudah berbagi pengalaman ini. Saya kala kerja juga boros untuk gaya hidup di buku dan kegiatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Allah... semoga rezeki kita semua senantiasa dilancarkan :)

      Terima kasih juga ya, mba sudah mampir ke blogku :)

      Hapus
  13. Sampai sekarang pun saya masih belajar tentang keuangan. Pengen lebih disiplin, punya investasi, dan lain sebagainya. Tetapi, setidaknya lebih baik lah dari zaman sebelum menikah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, mba :) Yg penting kita sudah berusaha utk menjadi lebih baik. Makasih ya, sudah mampir ke blogku :)

      Hapus
  14. Aku langsung SS Tabel itu mba..hehe..maklum aku paling g pinter ngatur duit juga.. TFS y mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha aku jg masih terus belajar, mba :)

      Makasih sudah mampir ke blogku :)

      Hapus
  15. Disiplin dan kontrol diri itu masih termasuk masalah bagi saya, mba.
    Belum lagi malas masaknya, mau ga mau jajan, hiks. Perlu belajar mengatur keuangan agar ga babak belur setiap bulan nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tantangan buat kita2 ya, mba. Pokoknya terus semangat melakukan perbaikan utk keuangan keluarga yg lebih baik :)

      Hapus
  16. Sama sih kak, hehehe, pengeluaran terbesarku pun ternyata ya buat jajan itu. ALhamdulillah udah insyaf, dan sekarang lagi mau belajar manajemen cashflow juga, biar keuangannya lebih sehat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semangat, ya! Makasih sudah mampir ke blogku :)

      Hapus
  17. sampai sekarang aku masih melakukan kesalahan fatal, gak melakukan inventaris, informasi menarik dan semoga aku juga bersedia memikirkan investasi

    BalasHapus
  18. MasyaAllah, penting banget nih. Bookmarkin deh, memang kita harus bijak ya mengatur keuangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya, mba. Belajar sedikit demi sedikit :)

      Hapus
  19. Bener banget mba....dulu saya juga boros namun semakin kesini disaat mendengar cerita orang disekitarnya saya tentang mahalnya biaya pendidikan akhirnya saya jadi mikir tentang masa depan anak. Ujungnya harus nabung agar anak nantinya terjamin dalam segala hal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, mba :) Terdorong supaya kita bisa memberikan yang terbaik untuk anak ya.

      Hapus
  20. Ah malu saya. Tertampar sekali nih. Sebekjm menikah kenapa tidak dimaksimalkan management keuangan nya ya. Kini setelah berumah tangga baru merasa sebab akibatnya. Managemen dan kontrol diri ini berat banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pun begitu, mba :(

      Jadi tantangan yg bikin semangat utk lebih bijak membelanjakan uang.

      Hapus
  21. Duh berasa tertampar banget deh jadi inget kalau saat ini saya hampir setiap weekend keluar sama anak-anak dan habis ratusan ribu terus klo inget dijumlah ini 1 th ditabung mungkin jadi banyak juga huhu. Makanya sekarang saya follow Jouska biar ngerem dalam belanjakan uang hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mba, pos keluar pas wiken itu buatku jg yg bikin jebol keuangan keluarga :(

      Makanya, aku sendiri merasa harus diperbaiki dg membatasi jalan2 yg nggak perlu saat wiken.

      Hapus
  22. Iyaa nih aku jg ternyata kalaau diinget inget dr zaman dulu ku sudah hobi belanja. Ada juga untungnya sih org serumah merasakan gaji2 ku tiap bulannya hehe. Tp mmg kudu diatur bener2 sih..hehe .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe niatnya utk membahagiakan keluarga ya, mba :) Asal masih sesuai budget it's okay menurutku :)

      Hapus
  23. Duh, aku nih sering begini. Ngerasa salah di masa lalu, tapi diulangi lagi kesalahannya. Jadinya gak pernah bisa bener ngatur uang. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat, mba! Semoga tipsku membantu ya, mba, supaya keuangan kita lebih baik :)

      Hapus
  24. sepertinya pengaturan keuangan keluarga kami masih belum ideal nih, pengeluaran untuk gaya hidup masih lumayan besar, hiks :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi tantangan ya, mba, menyesuaikan budget gaya hidup supaya keuangan keluarga tetap sehat :)

      Hapus
  25. Kalo lihat di tabel itu, pengelolaan keuangannya menurutku masih kurang cocok. Pengeluaran sama investasi kok selisih sedikit. Sementara kalo aku, pengeluaran banyak karena anak-anak udah kuliah dan uang saku juga meningkat, hahahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti butuh disesuaikan dg masing2 kondisi keuangan keluarga ya, mba. Pasangan yg baru nikah mungkin jd berbeda pengaturannya dg yg anak2nya sudah pd kuliah. Sumber yg aku ambil mungkin lebih mendorong keluarga baru utk memperhatikan investasi :)
      Makasih ya, mba sudah mampir ke blogku :)

      Hapus
  26. Wah kalau gini saya jadi tersipu malu mbak karena memang sering banget mengulangi kesalahan di masa lalu. Dibutuhkan konsisten untuk keuangan ini mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku jg tersipu kok, mba :) Krn masih belajar terus supaya pengeluaran sesuai budget.

      Makasih ya, mba, sudah mampir ke blogku :)

      Hapus
  27. Ini pengting banget hahaha tipsnya ya Mba
    aku itu kadang boncos kalo pas ngemall apa apa pengen dibeli
    makanya ngindarin main ke mall, tapi tetep aja jajannya banyak eh hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ke mall dan jajan itu suatu ujian >.<

      Hapus
  28. Hahahaha . Bener ih...
    Dulu Saya jajan doyan jugakk. Tapi sjk nikah,kebiasaan itu berkurang. Apalagi sejak ada tanggungan KPR, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Why factor ngelunasin KPR jadi motivasi utk bijak menggunakan uang ya, mba :)

      Hapus
  29. Tips nya gak sesederhana saat melaksanakan yaa...
    Banyak ujian yang menghadang dan membutuhkan pemikiran pn the track kembali tentang finansial planning.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betuuul :) Tantangan tingkat tinggi, supaya keuangan keluarga terkelola dg baik.

      Hapus
  30. Tulisannya keren. Saya jadi dapat tips baru nih gimana baiknya mengatur keuangan, sekaligus bisa menyisihkan penghasilan untuk tabungan. Makasi tipsnya ya Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Makasih juga sudah mampir ke blogku, mba :)

      Aku juga terus berusaha spy tabungan terisi dengan konsisten :)

      Hapus
  31. alhamdulilah sudah belajar mengelola keuangan dasar sejak kuliah jadi pas rumah tangga gak terlalu kaget. makasi banyak mba tips nya, jadi bisa buat reminder nih kalau khilaf.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow keren! Aku baru belajar akhir2 ini aja >.< Makasih juga sudah mampir ke blogku, mba :)

      Hapus
  32. Iyup bener banget mbak, kalau saja kita mau mengelola keuangan dengan baik, insyaInsya jadi tau post post mana aja yang kebanyakan dan kurang diperhatikan. Saya dulu ngelola keuangan by feeling, setelah tau pembagian nya Alhamdulillah seakrang lebih teratur dan punya tabungan meski dikit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, semoga terus konsisten dan semangat ya, mba :)

      Hapus