SOCIAL MEDIA

Selasa, 30 Januari 2018

Kala Waktu Tak Sampai


Mobil yang ditumpanginya mungkin sudah mencapai kecepatan tertinggi sang pengendara. Berkali-kali tubuhnya oleng karena mobil berhenti mendadak lalu mengegas tajam. Dirinya tak bisa protes meski perutnya bergolak karena mual.


Salahnya karena tidak bisa memprediksi waktu dengan baik. Agenda yang harusnya selesai setelah dhuhur, molor sampai jam dua siang karena ia terlalu asyik meladeni pertanyaan-pertanyaan khas anak muda.

Ia melirik jam tangannya. Tinggal beberapa menit tersisa untuknya supaya bisa check-in tepat waktu.

Gawai di tangan wanita berkacamata itu bergetar untuk kesekian kali. Kalau yang sebelum-sebelumnya ia abaikan, yang satu ini bisa gawat kalau ikut diabaikan.

"Wa'alaikum salam. Iya, mas. Belum, belum di pesawat. Agak molor tadi di tempat acara. Iya, bentar lagi sampai kok. Iya, insya Allah keburu. Iya, iya, nanti dikabarin. Iya, "

Wanita itu menurunkan gawai dari telinganya karena mobil berhenti dengan mulus di depan pintu keberangkatan.

Tak sempat berlama-lama, iya cepat saja mengucapkan salam dan berterima kasih pada bapak supir yang mengantarkannya dengan kecepatan super. Perjalanan menuju bandara yang normalnya ditempuh selama 45 menit, dipangkas hanya 20 menit saja.

Sebenarnya, dari pihak penyelenggara acara sudah menyediakan panitia yang siap mengantar jemput dirinya dari dan ke bandara menuju tempat acara. Tapi, suaminya memaksa untuk memakai jasa orang kepercayaannya yang biasa mengantar jemput saat ada tugas di kota yang terkenal dengan kain tapisnya ini.

Syukurlah ia masih diizinkan check-in meski petugas memasang wajah agak keki karena keterlambatannya. Mungkin dirinya jadi penumpang paling akhir yang sedikit membuat terlambat jadwal penerbangan. Tapi, ah, masa iya sih? Tanyanya dalam hati. Ia lalu melihat jam di gawainya.

Ia tepat waktu kok. Meski nyaris terlambat.

Saking buru-burunya, ia tidak menyadari kalau ruang tunggu pesawat sudah kosong dan saat masuk ke kabin, semua penumpang sudah rapi di kursi masing-masing.

Pramugari membantu menemukan nomor kursinya. Sepertinya kursi pojok dekat jendela.

Ah, benar, kan. Batinnya saat sudah sampai di baris nomor 10 badan pesawat di kelas ekonomi.

Teman duduknya seorang ibu tua dan seorang pria. Sepertinya, akan lebih nyaman bila ia meminta bertukar kursi agar ia tak perlu ke pojok kursi.

"Maaf, pak," ia mencoba berbicara dengan pria yang sedang membaca buku di kursinya.

"Ya?"

Kening wanita itu berkerut sedikit.

"Saya boleh minta bertukar kursi? Nomor kursi saya yang di sebelah jendela."

Pria itu menunjukkan wajah kaget yang sangat.

"Ah, ya, ya, silakan." Jawab pria itu lalu melepas seat beltnya dan berpindah kursi. Ekspresi kaget dari wajahnya jelas belum hilang.

Wanita itu berbasa-basi sebentar dengan ibu tua yang duduk di sebelahnya. Tidak lama kemudian pesawat mengudara.

Lima puluh menit akan menjadi waktu yang sangat tidak tenang.

Bukan. Bukan karena ia takut terbang. Ia sudah sangat terbiasa.

Jantungnya berdetak cepat dan mendadak ia sangat tegang.

Please, jangan memulai obrolan. Please. Wanita itu memohon dalam hati.

"Andini, kan?" 

Harapannya pupus saat pria itu menyebut namanya, tepat setelah tanda diperbolehkan melepas sabuk pengaman menyala.

"Iya. Apa kabar, Ki?" Sahutnya. Tak mungkin ia mendiamkan teman duduknya ini atau pura-pura tidak mendengar.

Pria itu tersenyum dan menunjukkan ekspresi penuh kelegaan.

Berbanding terbalik dengan wanita berkacamata yang kini menunjukkan sorot mata panik.

Aku berharap kamu selamanya melupakan wajahku, Ki. Batinnya dalam hati.

Tiba-tiba, wanita itu seperti merasakan energi kuat yang menarik paksa tubuhnya. Menarik ke masa sepuluh tahun silam.

Saat dirinya masih berbangga dengan jas almamater biru tuanya.

~Bersambung~



#Onedayonepost
#ODOPbatch5

19 komentar :

  1. waaah bersabung...

    salam kenal dr planet sebelah 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai salam kenal, terima kasih sdh berkunjung 😃

      Hapus
  2. Balasan
    1. Hehehe, niatnya sih bikin cerpen mbak 😅

      Hapus
  3. wahh mantap, ditunggu kelanjutannya.. siapakah dia penasaran...

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Sufdah kuduga ini adalah cerbung😏

    BalasHapus
  6. Wahhh besok harus mampir lagi inii

    BalasHapus
  7. Ciyeh..kepanitiaan mpkmb ya?

    .
    .
    Ak jd keinget masa2 SD baca mizan or annida. Hehe....feelnya sama. Tokoh utamanya "cari aman" :p

    BalasHapus