SOCIAL MEDIA

Rabu, 16 Januari 2019

Baby Chair, Kursi Makan Bayi Penting atau Enggak?

Sejak awal MPASI Ncik (nama panggilan anak saya), baby chair jadi salah satu barang yang saya pengenin. Tapi, setelah pengajuan ke suami, ternyata ditolak. Alasannya, ngeliat pergerakan Ncik selama ini, suami khawatir baby chairnya malah enggak kepake karena Ncik sukanya kemana-mana.

Akhirnya, diambil jalan tengah untuk sewa lebih dulu supaya tau berguna banget atau enggak si baby chair ini untuk anak kami.

Saya memilih sewa baby chair yang model bumbo seat. Pernah baca sekilas sih kalau sebenarnya model bumbo seat ini kurang direkomendasikan. Kenapa? Singkatnya, karena cenderung menghambat kemampuan anak untuk belajar duduk sendiri.

Ngeliat dari strukturnya emang bener. Bentuk bumbo seat itu yang ngejaga anak bisa duduk meski dia belum bisa bener-bener duduk tegak sendiri. Yo wis, anak-anak yang mungkin belum tegak-tegak banget kalau duduk sendiri dibikin santai dengan duduk di bumbo seat itu. Padahal harusnya kalau enggak pake bumbo seat, mereka akan terstimulasi untuk menjaga diri supaya struktur tubuhnya bisa duduk dengan kemampuan sendiri. 

Artikel lengkapnya bisa dibaca disini deh. Hamba hanya mencoba merangkum setitik doang.

Alhamdulillah pas Ncik mulai MPASI itu dia udah bisa duduk tegak sendiri. Kenapa akhirnya milih baby chair yang model bumbo seat, karena bumbo seat yang saya pilih ada plus plus mainannya. Ceritanya sekalian gitu kursi makan dan kursi buat mainan. 

Kayak gini nih model kursi bayi yang dipilih Ncik.

Summer Infant Superseat via Pinterest

Setelah masa sewa beres, sebenernya masih ngebet beli baby chair. Tapi, kembali alasan lama, suami enggak setuju. Karena makan tanpa baby chair pun Ncik baik-baik aja.

Padahal saya naksir berat sama salah satu booster seat yang portable bisa dipake dan dibawa kemana-mana.



Dua model baby chair yang jadi perbincangan hangat di dunia ibu-ibu adalah booster seat dan high chair.

Kalau booster seat plusnya adalah bisa dipakai buat kita yang biasa makan lesehan maupun ditaruh di kursi meja makan. Booster seat juga peruntukkan usianya lebih panjang. Sedangkan high chair cuma bisa satu posisi doang, sejajar sama meja makan. Rada tricky kalau keluarga yang biasa makan lesehan, tapi memilih pakai high chair di rumah.

Better kalau memang kebiasaan makan di keluarganya lesehan, pilih booster seat aja.

Tapi, pertanyaan mendasar yang perlu diajukan sebelum membeli baby chair entah itu booster seat maupun high chair adalah perlu enggak anak kita pakai kursi makan khusus bayi?

Saya pribadi merasa perlu.

Mungkin karena udah ngerasain kelebihannya pake baby chair.

Setelah Ncik usia 16 bulan akhirnya suami ngebeliin baby chair dong. Itu juga beli karena kami sekeluarga memutuskan beli meja makan yang proper. Ini dalam rangka supaya waktu makan jadi salah satu quality time keluarga. Alhamdulillah pas ada rezekinya. Beli yang high chair karena sekalian satu toko sama yang jual set meja makannya.

Padahal kalau dikasih waktu googling lebih lanjut bakal beli booster seat kepengenan yang bisa dibawa kemana-mana. Tapi, enggak apa-apa lah. High chair juga sangat bermanfaat karena set meja makannya pun cuma dua kursi. 


Ilustrasi via Pinterest

Adanya high chair di rumah ngebantu banget soal ritme makan Ncik. Sebelum pake high chair, doi kalau makan sambil keliling rumah. Mondar-mandir kesana-kemari. Lelah lah ibu ini main kejar-kejaran setiap mau nyuapin. Ncik yang duduk rapi di high chair saat makan, jadi harapan supaya terbangun kebiasaan kalau makan ya, sambil duduk. No keliling kesana-kemari.

Namanya juga anak bayi yang masih belajar makan, sering banget jadi kocar-kacir, kotor, berantakan. Kalau makannya pas kesana-kemari, bisa harus ngepel rumah karena remah-remah nasi berceceran dari ujung ke ujung ruangan. Sebaliknya, kalau pake high chair cuma area yang ada high chair aja yang harus dibersihin. Lumayan lah ibu bisa selonjoran sedetik.

Plus plus lain punya high chair adalah bisa jadi tempat aman kalau pas ibu atau ayah harus ngepel. Karena Ncik udah nggak bisa diamankan di box bayi. Kalau di high chair, dikasih buku bacaan atau buku buat coret-coret atau disetelin video, amanlah sampai rumah beres dipel. Sambil disounding juga sih kalau lantai yang lagi dipel itu licin. Doi dikit-dikit ngerti, pengalaman pernah 'gelebak' gara-gara tadinya ditaruh di sofa terus dia tiba-tiba ngacir. Alhamdulillah observasi 2x24 jam enggak kenapa-kenapa.

Kalau disimpulkan, baby chair termasuk baby stuff yang worth to buy kalau memang ada dananya. 

Kalau enggak ada pun, enggak yang dead end sebagai langkah membiasakan anak untuk makan dengan duduk tenang. Masih ada langkah lain untuk ngajarin anak kebiasaan tersebut. Misalnya, sounding terus kalau makan itu mesti duduk. Sediakan spot khusus sebagai area makan. Gitu kalau saya ngebayanginnya. Kalau pas anak GTM (Gerakan Tutup Mulut) kan salah satu langkah mengatasinya dengan cari suasana makan yang baru, tapi ya, tetep enggak mengganggu esensi kebiasaan rutin makan yang sudah kita bangun sebelum-sebelumnya. 

Semoga enggak belibet ya buibu.

Soal makan anak ini emang panjang lika-likunya. Saya sendiri ngerasain banget mulai dari MPASI sampai sekarang, ngebangun kebiasaan makan anak yang baik itu menguras energi dan emosi, jiwa dan raga. Satu filosofi yang pengen saya pertahankan (meski sering juga goyahnya, but I won't give up insya Allah) adalah membangun suasana makan yang menyenangkan.


Makan dimsum dulu

Tidak ada komentar :

Posting Komentar