SOCIAL MEDIA

Jumat, 16 Maret 2018

Sang Pembawa Pesan (8)

Ammar tak ingat satu per satu siapa saja mereka. Hanya saja, tiga wajah di depannya saat ini sangat familiar bagi Ammar.

Satu orang berwajah oriental, Ammar tahu dahulu kala ia adalah ilmuwan yang sangat disegani.

Satu yang lain berhidung tajam dengan cambang dan janggut lebat. Ammar yakin ia adalah pimpinan penjaga al Muharar. Sejak tadi ia terlihat berusaha tenang, tapi tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir. Tentu saja. Ammar pun masih memikirkan Irsyad dan penjaga-penjaga al Muharar yang lain.

Satu wajah sederhana yang sejak tadi nampak tenang, ia dipanggil ketua.

"Terima kasih, nak, chip ini sudah sampai ke tangan kami," kata ketua.

Ammar hanya bisa mengangguk lalu terlihat berpikir.

"Tenang saja, Hasyim sudah berhasil bertemu kami. Sekarang ia melanjutkan perjalanan ke markas besar."

Ke markas besar? Untuk apa jika ketua saja ada di sini?

Ammar keheranan.

"Isi chip ini semakin meyakinkan kami untuk segera berhadapan langsung dengan rezim."

Tidak.

Ammar sontak menyahut dalam hati.

Berhadapan sekarang dengan rezim akan membuat pasukan al Muharar mati sia-sia.

Jumlah mereka tak seberapa banyak. Belum lagi bila banyak yang gugur atau ditangkap akibat penyergapan saat menjemput Ammar tadi.

Ammar pun tak habis pikir, mengapa banyak yang harus dikorbankan untuk membuat dirinya sampai di sini.

"Kami sedikit lagi membutuhkan bantuanmu, anak muda." Kali ini profesor berwajah oriental yang membuka suara.

"Apa yang bisa saya lakukan?" Tanya Ammar.

Pimpinan penjaga al Muharar saling bertukar pandang dengan ketua.

Ammar merasa tak ada lagi bantuan yang bisa ia berikan.

Tugasnya seperti sudah selesai saat ia menyerahkan chip itu pada Hasyim.

Chip yang harus dibayar nyawa oleh Hisyam. Kakaknya itu tewas dua malam setelah memberikan chip itu pada Ammar.

Ammar dan keluarga hanya mendapat kabar, Hisyam meninggal di tempat dalam sebuah kecelakaan air car.

Entah apakah rezim tahu atau tidak, kalau chip itu ada di tangan Ammar.

Hingga Hasyim memberitahukan betapa penting chip itu. Saat Ammar berhasil membuka kode file chip, saat itulah rezim mulai memburunya.

Padahal rekam jejak Ammar sebagai pembawa pesan al Muharar selama ini bersih dan nyaris tidak terdeteksi.

"Kami ingin kau menyebarkan isi chip ini." Kata ketua.

Menyebarkan?

Itu pekerjaan yang sangat mudah.

Saat ia ada di daerah kekuasaan rezim.

Di sini? Semua nyaris primitif, seperti kembali ke abad 21.

"Tidak menyebarkan dari sini, kau harus menyusup ke gedung biru*,"

~~~

(Bersambung)

*gedung biru: semacam the white house di masa itu




#onedayonepost
#odopbatch5
#tantangancerbung

Tidak ada komentar :

Posting Komentar