SOCIAL MEDIA

Sabtu, 03 Februari 2018

The Nest Baby Wrap: Review Gendongan Pouch

Salah satu jenis gendongan yang dulu sama sekali tidak saya lirik adalah gendongan jenis pouch. Buat saya pouch sling kalah pamor dengan ssc (soft structure carrier) atau ring sling.

Kenapa?

Pertama, pouch baru bisa dipakai sejak bayi usia minimal 4 bulan atau saat sudah bisa duduk sendiri. Jelas saat awal-awal ada si bayi enggak memungkinkan, makanya saya sama sekali enggak tertarik.

Kedua, pouch ini ada sizenya, jadi kalau akan membeli jenis gendongan ini harus tahu ukuran yang pas untuk tubuh kita. Masalahnya ukuran ini bukan berdasarkan tinggi atau berat badan, tetapi harus mengukur menyilang dari bahu ke pinggang. Mengukurnya saja rada ribet. Makin-makin lah saya tidak tertarik.

Tetapi, saat usia bayi saya sekitar 4 bulan dan alhamdulillah sudah bisa duduk sendiri, ternyata saya sangat butuh gendongan yang super simpel.

Teringatlah saya dengan pouch sling ini.

Kenapa akhirnya saya memilih the nest?

Banyak sebenarnya merek gendongan model pouch ini. FYI, pouch ini beda dengan geos yang hits itu. Bahan pouch sling tidak molor atau melar.

Sedari awal, saya suka dengan motif-motif the nest. Berkelas, tapi tidak kehilangan unsur kelokalan. Jadi terlihatnya cantik dan elegan.

Lalu, pouch the nest di volume 2 seperti yang saya punyai ini ada tambahan bantalan atau pad di bagian paha. Favorit saya deh. Jadi, kalau gendong si bayi pas pakai celana pendek enggak khawatir kulitnya memerah karena tergesek kain gendongan.

Setelah lumayan lama memakai the nest, saya juga merasa kainnya amat sangat adem. Cocok deh dengan udara di rumah yang panas.

Meski begitu, ada sedikit yang kurang pas dari pouch the nest ini.

Rentang size yang terlalu besar.

Saya sadar sih, kalau saya ini ibu bertubuh mungil. Kalau mengira-ngira, saya yakin size pouch yang cocok adalah size paling kecil. Setelah diukur pun memang benar saya harus pilih size paling kecil. Tetapi, sayang size paling kecil the nest masih sangat kebesaran untuk saya. Meskipun sudah diflip di bagian bahu pun tetap kebesaran dan tidak memenuhi prinsip TICKS (menggendong harus erat dan mudah untuk mencium kening bayi).

Alhamdulillah, saya bisa ngobrol dengan salah satu member Lampung Menggendong yang juga menggunakan pouch the nest dan kebesaran juga. Akhirnya untuk menyiasati, saya jahit bagian bahu agar bisa lebih pas.

Saat konsultasi dengan admin the nest baby wrap, mereka menyatakan kalau mereka tidak bertanggung jawab apabila ada kerusakan atau ketidaknyamanan atau akibat lain, bila konsumen mengubah bentuk gendongan.

Ya, sudahlah. Bismillah. Akhirnya pouchnya tetap saya jahit supaya memenuhi prinsip TICKS.

Setau saya memang banyak yang mengeluhkan size paling kecil the nest yang masih terlalu besar. Semoga seri pouch the nest berikutnya sudah menyediakan size dibawah size S yang paling kecil.

Jujur saja, sekarang ini pouch the nest ini jadi gendongan favorit di rumah. Meskipun tumpuannya hanya di satu bahu, tapi praktisnya itu lho bikin bahagia.  Maklum, kalau di rumah butuh gendongan yang istilahnya 'tinggal lhep'. Ini terpenuhi banget sama pouch sling. Karena tinggal pasang gendongan, masukkan bayi, rapikan sedikit, done.

Beda dengan ssc yang harus ribet sedikit dengan straps dan bucklenya. Atau ring sling yang harus mengatur kain gendongan yang dimasukkan ring, lalu membuat kantung agar bayi tetap di posisi c-shape dan j-shape, dan bab bikin kantung ini masih jadi pr banget buat saya.

(Tentang c-shape, j-shape, serta TICKS bisa dilihat di infografis).

Overall rate pouch the nest baby wrap ini 8.5/10.

Salam gendong!






Ps. Di usia bayi saya yang ketujuh bulan, jahitan buatan saya lepas, karena si bayi semakin besar dan malah jadi sesak. Setelah jahitan dilepas, dengan diflip bagian atas gendongan, sudah memenuhi prinsip TICKS.



~

Credit image:
Gendongangeek.com
Rumaharsa.com
Makgendong.wordpress.com

~

#Onedayonepost
#ODOPbatch5

3 komentar :